Orang tua, bapak adalah figur pertama seorang anak. Baik langsung atau tidak langsung akan menjadi panutan. Seingatku, bapakku tidak pernah mengajarkan atau menyuruh untuk bekerja keras. Bekerja dengan sungguh-sungguh. Bekerja tanpa mengenal lelah dan terus menerus. Tidak pernah menyerah dan sabar. Bangkit dan bangkit lagi. Jatuh bangun, bangun, bangun lagi. Tapi aku memperhatikan dan merasakan gairahnya. Bertindak mengikuti bagaimana beliau berusaha keras menggapai kehidupan. Mencukupi semua penghidupan yang selayaknya. Tujuannya masih pada pencapaian kebutuhan dasar, bukan pada aktualisasi diri.
Bapak yang aku ingat mengajarkan bekerja keras pada teman pergaulan, tetangga atau saudara yang usianya matang memulai hidup. Kukenal saat itu Paklik Gito, memulai bekerja sebagai penjual bakso dan sering bertandang ke rumah. Aku mencuri dengar bagaimana bapakku membangkitkan semangat untuk hidup dan bekerja keras. “Pokoke kerjo terusno ae, kudu seneng, kabeh payu…. Sing kuoso iku mbagi rezeki”, kata beliau menasehati. Hal yang penting kerja terus dengan senang, semua usaha jualan pasti laku. Nasehat bapak kalau Paklik Gito dagangan baksonya sepi atau tidak laku sama sekali. Bapak menganggap biasa dan wajar. “jenenge wong dodol ono payu, onok sepine dik. Suwi-suwi yo payu. Wong dodol jambe ae ning pasar yo payu. Padahal sopo saiki sing nyusur? Jarang wong nyusur, tapi jenenge wong dodol nemu payune. Nemu rezekine”, biasanya bapak menekankan nasehatnya.
Bapak juga selalu memberi saran untuk berjualan atau kerja apa saja tidak menyerah. Nasehat ini diutarakan pada siapa saja orang muda yang datang atau pasangan yang baru menikah. Meskipun tidak semua orang mengikuti atau mengakui bahwa nasehatnya itu benar dan penting. Bapak bukan sekedar ngomong dan asal menasehati. Beliau juga melakukan dan aku saksi hidup perjalanannya. Aku mendengar dan bekerja bersamanya. Sebelum menikah bapak dikenal orang sebagai seorang pekerja. Mbah buyutku, mbah tini, mbah sumartini menceritakan beliau sekolah dan juga menggarap sawah sebagai buruh tani, juga mengajar di SD. Ketika baru menikah dan memboyong ibuku di desa kelahiranku, Umbulsari, bapak juga menjadi buruh panjat kelapa membantu pakde Sugito yang penjual kelapa, jualan minyak keliling (pegawai pertamina, istilah bapak), ke sawah sekali waktu, dan juga mengajar. Aku bayangkan bapak sibuk sekali. Katanya untuk memenuhi kebutuhan susu anaknya, aku dan adikku. Air susu ibu dan susu kaleng yang dibeli bapakku dengan keringatnya membentukku saat ini.
Ketika sudah mengajar dan menjadi guru. Bapak juga berjualan kecil-kecilan. Bapak berjualan rokok dan wayang-wayangan, berjualan bakso dan es, berjualan sate kelinci dan soto kelincii, atau berjualan baju/jaket yang dijual ibu. Bapakku juga pernah bekerja menjaga loket masuk acara ludruk, ketoprak, janger, atau wayang wong. Dulu di desaku ada satu tempat acara pagelaran yang rutin tiap hari. Pagelarannya berganti-ganti sebagai hiburan masyarakat di sekitarku. Tempat itu menjadi referensi hiburan masa kecilku. Bapak juga bekerja sebagai pembagi beras jatah untuk guru-guru SD dan SMP di dusunku. Pekerjaan-pekerjaan itu dikerjakan sampai kurun waktu lama dan bukan insidental. Pekerjaan-pekerjaan insidental seperti menjadi panitia pemiihan umum atau petugas survei juga dilakukan. Banyak sekali perjalanan bapakku berusaha mengisi hidup. Beliau adalah bukti pekerja keras. Orang lain mungkin tidak percaya atau memandang tidak penting. Tetapi aku menjadi saksi dan akan saya bawa sampai mati pula cerita perjalanan beliau.
Sampai saat ini sebenarnya masih ada rencana pekerjaan yang belum dilakukan. Beliau ingin menjadi penjual jamu seduh. Membuka jualan di dekat rumah. Beliau dulu juga ingin membeli alat es puter, untuk jualan yang belum pernah terwujud.
Kata kunci kerja keras ala bapakku setelah sekian lama adalah bekerja terus pantang menyerah, menyenangi pekerjaan, sabar menerima tiap kondisi, dan sungguh-sungguh.
Perjalanan bapak untuk menjadi seorang guru (PNS) juga menjadi bukti upaya keras dan pantang menyerah seorang bapak. Semoga bapak mendapatkan tempat yang layak dan kami akan selalu menjaga amanah untuk mewariskan semangat itu. Semoga bermanfaat untuk anak dan cucu.